Carut-marut European Super League

Sepak bola Eropa telah dibuat heboh dengan adanya kompetisi ESL atau European Super League. Pasalnya, ada 12 klub elit eropa yang akan berkompetisi di European Super League.

Kedua belas klub tersebut diantaranya adalah:

  • Arsenal
  • Chelsea
  • Liverpool
  • Manchester United
  • Manchester City
  • Tottenham Hotspur
  • Atletico Madrid
  • Barcelona
  • Real Madrid
  • AC Milan
  • Inter Milan

Kabarnya, kompetisi European Super League akan digelar pada tengah pekan. Namun, banyak hal-hal yang bertolak belakang dengan adanya kompetisi European Super League.

Nah, bagi kamu yang ingin tahu lebih jelasnya lagi mengenai seluk-beluk European Super League, yuk kita simak saja langsung ulasannya di bawah ini.

  1. Penentangan Dari UEFA

Selaku federasi sepak bola Eropa, UEFA menjadi salah satu pihak yang menentang keras adanya kompetisi European Super League.

Tak tanggung-tanggung, UEFA akan memberi sanksi berupa denda bagi klub atau pemain yang mengikuti kompetisi ESL.

Bahkan, UEFA juga akan mengeluarkan setiap klub dari asosiasi sepak bola yang berada di bawah naungannya. Hal itu pun diungkapkan oleh Aleksander Caferin (Presiden UEFA).

“Pemain-pemain yang bermain di tim-tim dalam liga tertutup akan dilarang mengikuti Piala Dunia dan Euro.

Kami mendorong semua orang untuk berdiri tegak bersama kami saat kami melakukan segala daya untuk memastikan ini (European Super League) tidak akan pernah membuahkan hasil,” ungkap Aleksander.

Bahkanpenentangan ESL juga datang dari para suporter, khususnya para suporter di Inggris.

  1. Upaya Ketua ESL Dalam Menglobi UEFA dan FIFA

Florentino Perez selaku pemilik klub Real Madrid ditunjuk sebagai ketua European Super League. Agar kompetisi ESL berjalan, Perez akan mengadakan pertemuan dengan pihak UEFA dan FIFA.

“Jika kami bisa memulai Super League pada Agustus, kami akan melakukannya. Kami akan melakukan yang terbaik untuk memulai tahun ini. Kami ingin mencapai kesepakatan dengan UEFA dan pihak lain. Kami akan berbicara dengan UEFA, tidak hanya FIFA,” kata Perez.

Kendati demikian, Perez akan tetap menggelar kompetisi ESL meskipun tidak disetujui oleh pihak UEFA dan FIFA.

 “Jika kami tidak bisa menemukan kesepakatan dengan UEFA, kami tidak akan mundur. Jika mereka ingin menunggu hingga 2024 untuk melakukan reformasi, mereka bisa menunggu. Kami tidak menunggu siapa pun karena kami membutuhkan Super League,” tambah Perez.

Adapun mengenai format baru Liga Champions, UEFA secara resmi menyebutkan bahwa kompetisi antar klub papan atas Eropa akan mengalami perubahan mulai musim 2024-2025.

Setidaknya ada beberapa perubahan format yang berlaku di Liga Champoions, mulai dari jumlah peserta dan pertandingan, sistem kompetisi, serta hadiah uang yang akan didapatkan oleh klub peserta.

  1. Dana Menggiurkan Bagi Klub Peserta ESL

Seperti yang sudah disebutkan pada ulasan diatas tadi, bahwa kontestan European Super League terdiri dari 12 klub elit.

Namun, ada tiga klub lagi yang juga ikut menyusul untuk bergabung ke kompetisi ESL pada Januari 2021 lalu. Hal itu bukan tanpa alasan, karena setiap klub peserta ESL akan diberi kucuran dana yang terbilang fantastis.

Bagaimana tidak! Ternyata setiap klub peserta European Super League akan mendapatkan dana sebesar 310 juta pound atau yang setara Rp 6,3 triliun.

Lantas, siapakah pihak yang mendanai European Super League? Menurut informasi yang didapat, ternyata pihak yang mendanai ESL adalah salah satu bank swasta terbesar di dunia, yakni JP Morgan.